Sapa Gerimis Pagi"D R"

"D R"
satu hari kita akan sambangi sepi
yang selalu menggelayut di sudut matamu
di sudut senyumku. setiap hari kita puaskan diri
meski malam berakhir pada haus yang itu lagi. mungkin kita sebaiknya berhenti,
atau hening saja pada sebaris puisi. tapi masih saja kita bertahan
pada genggam yang semakin lemah setiap hari. setiap hari.

Alang Alang Kumitir :

saat aku melihat diam mu yang mengulum sunyi
aku juga tak akan pergi,,aku akn larut dalam diam yang kau suguh kan
karna aku tahu,,diam mu adalah titik dalam sebaris sajak
yang telah kau toreh dalam rasa yang kau punya
kemudian aku akan bersuara,,, sebelum kamu merindukan senandung ku
karna aku tahu,,saat aku mulai lemah adalah ketika ku lihat kau harus bersedih karena aku,,,,,

D R:
seperti jejak hujan yang menapaki tanah musim ini, sesaat setelah kurengkuh rindu pada dedaun yang di sambangi sepi. dalam do'a-do'a di sebalik rongga dada, dalam tiap sesak hela nafas. percik-percik gerimis membuncah ketika mengaliri lengan. tergenggam di tapak tangan. sungguh, seperti jiwamu, sajak-sajak itu menari senantiasa seperti basah di atas kita.

Alang Alang Kumitir:
hujan itu tak pernah ragu untuk turun
pun awan awan itu pun tak menangisi sebuah kehilangan
langit kemudian tersenyum dalam membiru
ketika kemarau bersemi kuncup kuncup yang menghijau
kemudian pelangi di hadiahkan kepada senja
memahkotai rona yang menjingga

hujan,awan,langit,dan tanah tanah yang basah
harmoni kkeindahan semesta
jika saja cinta itu seperti mereka...
ikhlas saling ,menjaga,dan memperindah
dalam sebaris doa saat tangan mampu tengadah
saat jiwa mampu berpasrah

D R :
maka biar musim mengirim kabar, hujani engkau dengan gerimis lembut yang membuat dadamu berdebar. seperti matahari menguapi air matamu yang jatuh rindu. salju yang akan membalut beku merah cinta itu.

risalah muhhabat pada ayat-ayat hujan di kelopak bakung seri, membawa guguran daun berisi syair-syair perdu. tentang rindu.

Alang Alang Kumitir :
diam pada segumpal rasa yang bersemayam
berbaur dengan desir yang menjadi isyarat
ketika musim berlalu begitu saja
terbuka nya kelopak untuk dunia yang bertabur keindahan
dan doa itu akan kembali terucap karena syukur atas sebuah cinta yang menjadi mata

karena rindu itu tak pernah mampu di terjemahkan
karena cinta itu tak pernah mampu di katakan
kesucian nya melebihi sumpah secarik senja kepada malam
untuk selalu terang

D R :
itu sebentuk kerinduan yang terus mencari rahim untuk berulang lahir dan hadir di tengah riuhnya kehidupan. seperti air yang memasrah terpungut terik mentari menubuhi awan. menjadi mendung dan mencurah berupa hujan bergenang-genang, menuruni jurang. mengikis hutan mencipta sungai sebagai jalan, demi keluasan makna pertemuan.

..mungkin seperti itulah cinta.

Alang Alang Kumitir :
pada embun air titip kan kesucian
pada hujan air titip kan kesejukan
pada langit air itu melukis kan keagungan
pada biru samudra,,air menoreh keindahan nya,,,
ya,,,cinta itu seperti air karna sebuah kerinduan
ia akan berparas seribu untuk cinta di setiap musim nya....

D R :
kaukah, aku? ah, pada geletar cambuk daun kering yang begitu mencintaimu, kau selalu teringat akan kesementaraan yang tak pernah hendak beranjak pudar, seperti rasa terbakar di wajahmu yang teramat nyeri dan ngeri.

Alang Alang Kumitir :
tentang seseorang yang di pertanyakan,,,,,,
jika daun daun kering itu selalu cemas saat desir angin menerpa nya
tanggal dari rantin yang membuat nya hijau kemarin pagi
maka senja ini,,,,,
dedaunan itu akan tersenyum layak nya pelangi yang terlukis pada lazuardi
kepada terik yang siang tadi menampar dan menghujamkan panas nya,,,
karena daun daun itu masih membawa cinta saat renta mulai menjamah
dan mungkin,,sebentar lagi akan membuat nya tak ada..

D R :
ini senja kesekian, musim penghujan. kau tahu? yang tinggal hanya lengang, larik-larik yang pecah angan. hanya bait-bait yang menggamit tanpa pamit. mengharap makna hening yang mendambakan suara. mengharap ujar, mencari kata.

"sempurnalah mimpi, rasa, dan angan-angan itu, apa lagi yang akan kukatakan padamu?"
..selain rindu.

Alang Alang Kumitir :
aku yang selalu bersama pagi,,dengan sambutan hangat senyum mentari
dan aku yakin itu seperti pelukan mu yang tersaji untuk ku
aku juga bersama siang dengan gumintang yang begitu terang
di situ aku acap menemukan mu,seperti hadir mu yang selalu menjadi cahaya dalam hati ku
di setiap senja aku masih melihat mu,di setiap baris baris langit yang mengawal mentari singgah pada beranda malam
dan aku masih bersama mu,,hingga malam bersama sepi itu aku menyelimuti kesendirian menjemput sejumput lelap
melukis kan mimpi karena kerinduan yang kau rasakan adalah asa ku untuk selalu mencintai

walau beribu rindu terkatakan,aku yakin rindu itu jua tak akan bisa habis dengan pertemuan
rindu itu cinta,dan cinta itu akan selalu ada saat terpisah dan bersama..
nikmati saja rindu ini,,seperti udara yang lengang menjamah wangi sekuntum melati,

D R :
dalam diam, bibir kita sebentar lagi akan menjelma kata. serat-seratnya yang terlihat pecah adalah huruf-huruf yang setia kita lafalkan. yang dengan sabar menjaga kata-kata terbakar seperti reranting dahan.

seperti gerimis yang mengakhiri percakapan, diam adalah cara kita bertukar pesan. menyembunyi sendiri, mengabutkan ada.

: ya, rindu selalu punya cara, menatah jejak-jejaknya pada dinding kata. seperti secangkir kopi pagi dan puisi pagi, lesap dalam kerinduan bibir mentari.

Alang Alang Kumitir :

dan kemudian nafas nafas ini akan tetap saja berisyarat
seiring suara suara yang memecah senyap,,,,,
dan nafas ini adalah rindu yang bertemu pada secarik wajah bercadar sepi
hingga cinta yang ada semakin bergejolak,,bukan kah itu tak pernah terkikis apa yang kemarin selalu kita eluh kan,,,

jika bicara hanya akan menjadi cibir,untuk kefanaan yang tak mampu tergambarkan
maka biarkan rintik gerimis itu yang akan mengisi sepi nya semesta cinta antara kita
yang di katakan gerimis pada dedaunan itu adalah tentang rindu yang tertahan oleh jarak dan waktu

aku lebih suka embun yang perlahan kembali menggantung pada biru nya langit kala mentari menguap kan nya

D R :

apa yang salah dari embun yang menghampiri daun di pagi hari. cepat atau lembat dia pasti akan pergi bersama cahaya yang tergerai. seperti puisi, yang menemu awal dan akhirnya di jemari sang penyair :)

Alang Alang Kumitir :
tak ada yang salah karena di setiap butir nya adalah menyempurnakan selembar hijau kehidupan sepi daun dalam tangkai nya,,
puisi itu kesempurnaan ungkapan ketika diam hanya menjadi alasan,,,,,

Pake HP Klik Di Sini

0 comments:

Post a Comment

mari bersapa