Jengah

masih ku tangkap nafas langit yang lembut membelai
sesekali ku cium juga wangi melati yang terurai
walau mata ini tak mampu kasad kan cahaya dalam gelap yang ku rasa
hingga,,,,
jemari ku pun tak mampu menarikan rasa di atas kertas seperti kemarin senja
di mana di atas lajuardi yang menjingga
mampu kutuliskan sajak sajak indah laksana bintang
baru dua baris puisi yang aku tulis kan di atas dada nya yang bidang
namun, selalu saja terhenti,,,
bukan pada sebuah titik ataupun koma yang menjadi jeda
gelap itu seolah telah menelan habis
untaian aksara yang hendak ku petik dari tangkai rasa ini
hingga sketsa mu tak pernah mampu tercipta

aku berlari jauh kehamparan lapang
dan ku temui ilalang ilalang yang samar menghijau
namun tak jua cahaya mampu menyayat dinding dari gelap
kemana mentari yang biasa nya nanar membakar
kemana juga bulan,dan bintang
yang selalu membuat malam penuh warna kesyahduan
entah kefakiran ini,, atau,,
memang mereka semua benar benar tiada untuk saat ini
harus kah aku menunggu hingga awan menjadi hujan
kemudian langit akan membiru
dengan mentari yang tersenyum
kembali menunjuk kan setapak demi setapak
alur kata yang harus aku tuliskan

sementara saat ini,,,
saat kuraba hati yang sesak oleh gundah
rindu ini semakin saja berdetah berontak
tajam menikam,hingga cemas ku menghujani perasaan
atau pelan saja ku eja dalam gulita
bahasa rindu yang riuh bergemuruh
satu persatu hingga membentuk bait
bila mana harus aku ciptakan puisi cinta
tak perlu aku terbang menjemput bidadari
atau menggunting seikat pelangi
dan memitik bintang untuk ku toreh di atas kanvas
karena dalam rasa ini lah
ribuan puisi cinta akan terajut menjadi buku
rasa di mana rindu ini selalu mengharap kan mu

0 comments:

Post a Comment

mari bersapa